Jumat, 16 Desember 2011

Hubungan hipertensi terhadap tingkat kejadian hipertensi di......

HUBUNGAN STRESS TERHADAP TINGKAT KEJADIAN HYPERTENSI DIRUANGAN POLI PENYAKIT DALAM RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
TAHUN 2011


PROPOSAL KARYA TULIS ILMLIAH


Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Keperawatan




 








RAHMAT HIDAYAT
NIM : 08.1.0.1.082




PROGRAM STUDI  DIII KEPERAWATAN
STIKES PAYUNG NEGERI
 PEKANBARU
2011

 

HALAMAN PENGESAHAN



Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini Dengan Judul :
stikes ok


HUBUNGAN STRESS TERHADAP TINGKAT KEJADIAN HIPERTENSI DIRUANGAN POLI PENYAKIT DALAM RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
TAHUN 2011

Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disetujui, Diperiksa untuk
 Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Proposal
 Program D III Keperawatan

RAHMAT HIDAYAT
08.1.0.1.082
Pekanbaru, April 2011
Penguji I                                 Penguji II                                           Pembimbing



(                                   )               (                                   )                   (Ns.Emulyani, S.Kep)
   N.I.D.N.                             N.I.D.N.                              N.I.D.N.



Mengetahui,


(Desti Puswati, M.Kep)
N.I.D.N. 10-3012-6601


 
PERSETUJUAN

HUBUNGAN STRESS TERHADAP TINGKAT KEJADIAN HYPERTENSI DIRUANGAN POLI PENYAKIT DALAM RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
TAHUN 2011


dihadapan peserta seminar Program Studi D III Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru
RAHMAT HIDAYAT
08.1.0.1.082

Pekanbaru, April 2011

Menyetujui


( Ns. Emulyani, S.Kep)


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
STIKes PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2011



 
BAB I
PENDAHULUAN

 
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas kasih sayang dan Kemurahan-Nya lah, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal  karya tulis ilmiah dengan judul  Hubungan stress terhadap tingkat kejadian hipertensi diruangan poli penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2011.
Dalam penyusunan proposal  ini, peneliti menyadari bahwa apa yang peneliti tuangkan masih sangat jauh dari predikat sempurna, oleh sebab itu maka peneliti sangat mengharapkan masukan yang positif dari berbagai pihak demi kesempurnaan proposal  ini dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan kali ini, peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan banyak bantuan dalam penulisan karya tulis ini, baik berupa bantuan moril, pengarahan, bimbingan, maupun support. Untuk itu peneliti merasa sangat perlu memberikan ucapan terima kasih kepada :
1.      Ibu Desti Puswati, M.Kep selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Payung Negeri Pekanbaru,
2.      Ibu Ns. Novi Yanti, S.Kep selaku ketua program studi D III Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
3.      Ibu Ns. Emulyani, S.Kep selaku dosen pembimbing yang telah rela memberikan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing, membina dan mengarahkan selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4.      Seluruh dosen dan staf  karyawan STIKes Payung Negeri Pekanbaru yang telah banyak membantu penyusun dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
5.      Pimpinan STIKes Payung Negeri Pekanbaru yang telah menerima dan mengizinkan saya untuk melakukan penelitian pada mahasiswa S1 keperawatan yang menjalani program Ners.
6.      Ibu, Ayah, Kakek, Nenek, Adik serta seluruh keluarga yang telah memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun materil.
7.      Teman-teman seperjuangan dari program studi D III Keperawatan STIKes Payung Negeri Angkatan 2008 yang telah memberikan banyak sekali memberikan  support kepada peneliti dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Demikianlah sepatah dua patah kata dari peneliti, dan akhir kalimah semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan perlindungan, petunjuk, dan rahmat yang tiada terbatas nikmatnya kepada kita semua, amin.

Pekanbaru,   April 2011


Peneliti 

 
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................          i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................         ii
KATA PENGANTAR.................................................................................        iii
DAFTAR ISI................................................................................................         v
DAFTAR SKEMA.......................................................................................       vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................      viii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................        ix


BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ..................................................................................         1
B.     Rumusan Masalah .............................................................................         4
C.     Tujuan Penelitian ...............................................................................         4
D.    Manfaat Penelitian ............................................................................         5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Teoritis                     
1.      Konsep Dasar Stress ....................................................................         7
a.         Pengertian Stress..................................................................         7
b.        Sumber Stress ......................................................................         8 
c.         Tingkat Stress ......................................................................         9
d.        Tahapan Stress......................................................................       11
e.         Gejala Stress.........................................................................       13
f.         Tingkat respon terhadap stress.............................................       14
2.      Konsep Dasar Sikap.....................................................................       16
a.       Pengertian Sikap....................................................................       16
b.      Komponen Sikap ..................................................................       16
c.       Berbagai Tingkat Sikap.........................................................       17
d.      Fungsi Sikap .........................................................................       17
e.       Ciri- ciri Sikap.......................................................................       18
f.       Cara Pengukuran...................................................................       19
3.      Konsep Pendidikan S1 Keperawatan dan Ners...........................       20
B.     Penelitian Terkait ...............................................................................       23 
C.     Kerangka Konsep...............................................................................       25
D.    Hipotesis.............................................................................................       25 

BAB III METODE PENELITIAN
A.    Jenis dan Desain Penelitian ...............................................................       27
B.    Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................       27
C.    Populasi, Sampel dan Sampling..........................................................       28
D.    Etika Penelitian...................................................................................       30
E.     Alat Pengumpulan Data.....................................................................       31
F.     Instrumen Penelitian...........................................................................       31
G.    Definisi Operasional...........................................................................       33
H.    Teknik Pengolahan Data.....................................................................       3
I.       Analisis Data......................................................................................       35

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN          
A. Latar Belakang
Stress adalah ketidakmampiuan mengatasai ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia (Council, 2003). Tak seorang pun bisa terhindar dari stress, bayi, balita, kaum remaja, orang dewasa maupun kelompok lansia bisa mengalami stress (Hardjana, 2000).
Stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena saat seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah, dan produksi cairan lambung yang berlebihan, akibatnya seseorang akan mengalami mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang berulang, dan nyeri kepala. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan komplikasi hipertensi lebih jauh (Admin, 2008).
Dalam klasifikasi penyebab hipertensi ada dua yaitu hepertensi primer (esensial) dan skunder. Hipertensi primer belum diketahui penyebabnya dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebabnya seperti bertambahnya umur, stress psikologi dan keturunan (genetik). Hampir 90% penderita hypertensi di perkirakan termasuk dalam katagori ini. Hypertensi yang kedua yaitu jika penyebabnya di ketahui, maka disebut hypertensi skunder. Hanya 50% dari golongan hypertensi skunder dapat diketahui penyebabnya dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya (sulasit, 2001).
Hipertansi adalah kondisi medis ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis ( dalam waktu yang lama ). Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastolik melebihi 140/90 mmHg, normalnya 120/80 mmHg (Sudarmoko, 2010 ).
Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 140/90 mmHg. Sedangkan menurut 2 JNC VII 2003 tekanan darah pada orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan sistoliknya 140 – 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 – 99 mmHg. Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangakan hipertensi stadium III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Lanny Sustrani, 2004). Prevalensi hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-20%. Hipertensi lebih banyak menyerang pada usia setengah baya pada golongan umur 55-64 tahun. Hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai 8-18% pada tahun 1997, hipertensi dijumpai pada 4.400 per 10.000 penduduk.
Beradasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih.
Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian.
Stress atau gaya hidup yang tegang cenderung mengakibatka timbulnya penyakit hipertensi. Stress mudah terjadi pada mereka yang memiliki sifat yang suka berkompetisi, terlalu bersemangat, tidak sabaran, terburu-buru, serta sering gusar dan gelisah. Stress dapat menungkatkan tekanan darah sesaat ketika timbul rasa takut, gugup, atau sedang berada dalam tekanan tertentu. Dan ketika ancaman atau tekanan pergi, biasanya kita mulai rileks dan tekanan darahpun turun. Mungkin efek penurunan stress tidak serta merta dapat menurunkan tekanan darah, tetapi stress perlu dikelola karena dampak jangka panjangnya dapat merusak tubuh. Kita perlu melakukan berbagai tindakan yang efektif untuk meredakan stress (Junaidi, 2010)
Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Propinsi Riau tahun 2011. Data yang didapat dari rekam medis RSUD ARIFIN ACHMAD, Jumlah penyakit hipertensi diruangan Poli penyakit dalam selama tahun 2009 berjumlah 3181 orang pasien. Penyakit hypertensi menduduki peringkat 3 dari keseluruhan penyakit yang ada di ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD Arirfin Achmad yaitu berjumlah 26840 orang.
Tabel 1.1
Nama Penyakit dan Jumlah Penderiranya di Ruangan Poli
Penyakit Dalam RSUD Arifn Achmad Pekanbaru tahun 2009.
No
Nama penyakit
Jumlah
1
Dyspepsia
4080
2
Diabetes Mellitus
3898
3
Hypertensi
3181
4
Rhematoid arthritis
1147
5
Thirotoxicosis with diffuse goitre
789
6
Fever onspecified
669
7
Medical observasion and evaluation for suspected diseases
646
8
Arthritis
518
9
Other acute upper respiratory infections of multiple sites
440
10
Broncitis
345
11
Low back pain
297
12
Urinary sytem
263
13
Hyperlipidemia
243
14
Myalgia
206
15
Hyperchocesterolaemia
118

JUMLAH
16840
 Sumber : Data primer RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2009.

Berdasarkan yang telah di uraikan diatas penulis tertari untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan Stress Terhadap Tingkat Kejadian Hypertensi Di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2011”.
B.     Rumusan masalah
Bardasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis ingin mengetahui, “Hubungan stress terhadap tingkat kejadian hipertensi di ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2009”
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penulisan ini untuk mengetahui Hubungan stress terhadap tingkat kejadian hipertensi di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2009.
2. Tujuan khusus
a.       Untuk mengetahui Tingkat stress klien.
b.      Untuk mengetahui Bagaimana Kejadian hipertensi.
c.       Untuk mengetahui Hubungan stress dengan kejadian Hypertensi pada klien.
D.    Manfaat penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat bagi:
1.      Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menambah wawasan tentang stress dan hipetrensi yang diperoleh dari perkuliahan dalam melakukan penelian.
2.      Bagi Institusi pendidikan
Dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dan bahan perbandingan bagi para pembaca untuk menambah pengetahuan mahasiswa.
3.    Bagi Masyarakat
Hasil dari penelitian dapat dijadikan sebagai informasi pengetahuan masyarakat tentang stress dan penyakit hipertensi dan bagaimana cara pencegahannya.













BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.           Stress
1.    Defenisi Stress
Stress adalah ketidakmampuan mengatasai ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia (Council, 2003).Sedangkan menurut Rosenthal (2002), stress diartikan sebagai sebuah pengalaman emosional negatif yang dihubungkan dengan perubahan – perubahan biologis yang menggerakkan tubuh untuk melakukan penyesuian terhadap rangsangan – rangsangan dari luar (eksternal trigger).
2.    Tanda dan Gejala
Menjadi mudah tersinggung dan marah terhadap teman, keluarga dan kolega.
a.       Bertindak secara agresif dan defensif
b.      Merasa selalu lelah.
c.       Sukar konsentrasi atau menjadi pelupa.
d.      Palpitasi atau jantung berdebar-debar.
e.        Otot-otot tegang.
f.       Sakit kepala, perut dan diare.
3.    Penyebab Stress
Kejadian hidup sehari-hari baik gembira dan sedih seperti:
a.       Menikah/mempunyai anak.
1)      Mulai tempat kerja baru/pindah rumah/emigrasi.
2)      Kehilangan orang yang dicintai baik karena meninggal atau cerai.
3)      Masalah hubungan pribadi.
b.      Pelajaran sekolah maupun pekerjaan yang membutuhkan jadwal waktu yang ketat, dan atau bekerja dengan atasan yang keras dan kurang pengertian.
c.       Tidak sehat.
d.       Lingkungan seperti terlalu ramai, terlalu banyak orang atau terlalu panas dalam rumah atau tempat kerja.
e.        Masalah keuangan seperti hutang dan pengeluaran di luar kemampuan.
f.       Kurang percaya diri, pemalu
g.       Terlalu ambisi dan bercita-cita terlalu tinggi.
h.      Perasaan negatif seperti rasa bersalah dan tidak tahu cara pemecahannya, frustasi.
i.        Tidak dapat bergaul, kurang dukungan kawan.
j.        Membuat keputusan masalah yang bisa merubah jalan hidupnya atau
dipaksa untuk merubah nilai-nilai/prinsip hidup pribadi. Yang dapat anda lakukan (Saryono, 2009).
4.    Tingkat Stress
·         Banyak masalah keluarga
·         Banyak perubahan dalam pekerjaan
·         Tidak olahraga
·         Mudah tertekan
·         Mudah lelah
·         Terpengaruh masalah - masalah kecil
·         Kehilangan selera makan, penurunan berat badan
·         Perut kembung, sembelit, diare
·         Nyeri dada, Sulit bernafas
·         Sering berkeringat, telapak tangan dan kaki terasa dingin
skor : ( setiap tanda diberi nilai 1)
3 atau kurang = normal
4-6 = mengalami beberapa tingkatan stress
7-10 = Anda Stress Berat
(Viani L, 2009)
5.    Rentang respon stress

6.    Insidensi stress terhadap hypertensi.
Sudah sejak lama diketahui bahwa stress atau ketegangan jiwa ( rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, takut, rasa bersalah ) dapat merangsang kelenjar  ginjal intuk melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat, sehingga tekanan darah akan meningkat (Wijaya, 2008)
7.    Pengukuran tingkatan stress menurut beberapa teori
Cara mengukur stress menurut beberapa teori :
a. Menurut Holmes
untuk mengetahui derajat stres pada diri seseorang, dipakai alat pengukur yang dikenal dengan sebutan Skala Holmes. Dalam skala ini terdapat 36 butir berbagai pengalaman dalam kehidupan seseorang, yang masing-masing diberi nilai (score). kalau jumlah nilai berbagai pengalaman seseorang itu melebihi angka 300 dalam kurun waktu 1 tahun masa kehidupan, maka yang bersangkutan sudah menujukan gejala-gejala stres. Alat ukur ini dapat dilakukan oleh diri yang bersangkutan (self assessment) dan tentunya tidak semua ke 36 butir tersebut akan dialami oleh seseorang. Pengalaman-pengalaman kehidupan seseorang yang dimaksudkan itu adalah :
Tabel 2.1
Skala Penelitian Penyesuaian Sosial
No
Peristiwa yang terjadi dalam hidup
Nilai Rata - Rata
1
Kematian pasangan
100
2
Perceraian
73
3
Perpisahan dalamn rumah tangga
65
4
Dalam masa hukuman penjara
63
5
Kematian anggota keluarga
63
6
Sakit atau luka [ada seseorang
53
7
Pernikahan
50
8
Dipecat dari pekerjaan
47
9
Rujuk kembali dengan pasangan perkawinan
45
10
Pensiun dari pekerjaan
45
11
Perubahan dalam kesehatan anggota keluarga
44
12
Kehamilan
40
13
Kesulitan seks
39
14
Penambahan dalam keadaan keuangan
39
15
Penyesuian kembali bisnis
39
16
Perubanah dalam keadaan keuangan
38
17
Kematian teman dekat
37
18
Perubahan jalur kerja kejalur yang lain
36
19
Perubahan banyaknya argumen dirumah tangga
35
20
Hipotek atau pinjaman yang melebihi $10.000
31
21
Penyitaan akibat hutang atau pinjaman
30
22
Perubahan dalam tanggung jawab kerja
29
23
Anak laki – laki/perempuan lari dari rumah
29
24
Masalh dengan ipar
29
25
Prestasi perorangan yang membanggakan
28
26
Salah satu pasangan mulai berhenti bekerja
26
27
Memulai atau tamat sekolah
26
28
Perubahan dalam kondisi mata pencaharian
25
29
Perbaikan dalam kebiasaan seseorang
24
30
Masalah dengan atasan
23
31
Perubahan jam dan kondisi kerja
20
32
Pindah rumah / tempat tinggal
20
33
Pindah sekolah
19
34
Perubahan dalam kebiasaan rekreasi
19
35
Perubahan dalam kegiatan – kegiatan agama
18
36
Perubahan dalam kegiatan – kegiatan social
17
37
Pinjaman atau hipotek yang kurang dari $10.000
16
38
Perubahn dalam kebiasaan tidur
15
39
Perubahn jumlah anggota dalam pertemuan keluarga
15
40
Perubahan dalam pola makan
13
41
Liburan
12
42
Didalam masa natal/lebaran
11
43
Pelanggaran hukum oleh anak remaja
10

b. Alat ukur kekebalan stress menurut Miller dan Smith
Untuk memperoleh nilai sejauh mana derajat kekebalan seseorang terhadap krisis hidup, maksimal score dari ke 20 butir aktivitas harian di atas dijumlahkan, dari perjumlahan tadi lalu dikurangi dengan angka 20. Jumlah score kurang atau sama dengan 40, orang tersebut kebal, score di atas 40, orang tersebut kebal dari krisis hidup.
 Untuk mengetahu taraf kekebalan terhadap stres dari seseorang telah dikembangkan semacam alat ukur yang dikenal dengan sebuatan Skala Miller & Smith. Pada alat ukur ini terdapat 20 aktivitas kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh orang, yang masing-masing jenis aktivitas diberi nilai (score) dari 1 hinga 5. Nilai angka (score) 1 artinya hempir selalu dikerjakan, sedangkan nilai angka (score) 5 artinya tidak pernah dikerjakan. Pengukuran kkebalan ini dapat dilakukan oleh diri yang bersangkutan. Ke 20 butir aktivitas kehiudpan sehari-hari yang dimaksud berikut.
Tabel 2.2
Skala Miller and Smith
No
Aktivitas Kehidupan Sehari – hari
Nilai (score) 1- 5
1.
Setiap hari saya sedikitnya sesekali menghadapi makanan hangat dan berimbang
1 2 3 4 5
2
Sediktnya empat malam dalam seminggu saya tidur 7 – 8 jam
1 2 3 4 5
3.
Saya secara teratur menrima dan memberi kasih sayang
1 2 3 4 5
4.
Sedikitnya saya mempunyai seorang saudara dalam jarak 75 km yang bisa saya andalkan
1 2 3 4 5
5.
Sedikitnya dua kali dua kali dalam seminggu saya gerak badan sampai berkeringat
1 2 3 4 5
6.
Saya tidak merokok, walaupun merokok kurang dari 10 batang sehari
1 2 3 4 5
7.
Saya tidak minum alkohol , walaupun minum kurang dari 5 kali dalam seminggu
1 2 3 4 5
8.
Berat badan saya sesuai dengan  tinggi
1 2 3 4 5
9.
Saya mempunyai pengjhasilan cukup untuk menutupi pengeluaran rokok
1 2 3 4 5
10.
Saya memperoleh kekuatan dari agama saya
1 2 3 4 5
11.
Saya secara teratur menghindari kegiatan – kegiatan sosial yang ada dimasyarakat
1 2 3 4 5
12.
Sya mempunyai  lingkungan sahabat dan kenalan
1 2 3 4 5
13.
Saya mempunyai sahabat / pasangan satu atau lebih kepada siapa saya dapat percayakan soal – soal pribadi saya
1 2 3 4 5
14.
Kesehatan saya baik (termasuk mata,telinga,gigi)
1 2 3 4 5
15.
Saya bicara terus terang mengutarakan perasaan hati waktu marah atau gelisah
1 2 3 4 5
16.
Saya secara teratur bercakap – cakap dengan orang – orang dengan siapa saya tinggal, soal urusan domestik misalnya kebersihan rumah dan kehidupan sehari – hari
1 2 3 4 5
17.
Setidaknya seminggu sekali sya melakukan sesuatu untuk hiburan
1 2 3 4 5
18.
Saya tidak mengatur hidup saya secara efektif
1 2 3 4 5
19.
Sehari _ hari saya minum air putih dan tidak minum kopi, teh atau cola. Walaupun minum kurang dari tiga gelas sehari
1 2 3 4 5
20.
Saya setiap hari mencari waktu untuk menenangkan diri
1 2 3 4 5

(Warrioro, 2007).
7. Penangan stress
Komplikasi menurut suparno (2003), ada beberapa penanganan stress yang dapat dilakukan yaitu:
a.    Temukan penyebab perasaan negatif dan belajar untuk menanggulanginya.
b.    Rencanakan waktu dengan baik.
c.    Biarkan orang lain ikut memikirkan masalah anda.
d.   Bangun suatu sistem pendorong yang baik dengan cara banyak berteman dan mempunyai keluarga yang bahagia.
e.    Rencanakan waktu untuk rekreasi.
f.     Tekhnik relaksasi seperti nafas dalam, meditasi atau pijatan mungkin bisa membantu menghilangkan stress.
g.    Dengarkan suara musik atau gamelan.
8. Komplikasi
Menurut Almara (2009), komplikasi dari stress adalah yaitu: Tekanan darah tinggi dan serangan jantung.
a.    Sakit mental, histeris.
b.    Gangguan makan seperti hilang nafsu makan atau terlalu banyak makan.
c.    Tidak bisa tidur (insomia).
d.   Migren atau pusing kepala.
e.    Sakit magh.
f.     Serangan asma yang tambah parah dan Ruam kulit.

B.            Hipertensi
1. Defenisi Hipertensi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah keadaan yang ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah didalam arteri (Junaidi, 2010 ).Hipertansi adalah kondisi medis ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis ( dalam waktu yang lama ). Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastolik melebihi 140/90 mmHg, normalnya 120/80 mmHg (Sudarmoko, 2010 ).
2. Penyebab Hipertensi
Penyebab hipertensi adalah tekanan darah yang lebih tinggi dari normal di pembuluh darah arteri. Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah yang mengandung udara dan nutrisi dari jantung ke seluruh organ-organ dan jaringan dalam tubuh. Penyebab hipertensi yang tinggi bukan berarti tingkat emosi yang tinggi, walaupun seseorang yang tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik ada kemungkinan mudah memiliki kecenderungan untuk mengalami hal ini.
Nilai dalam tekanan darah berupa : sistolik (angka pertama) memiliki arti tekanan jantung saat memompa darah keseluruh tubuh, diastolik (angka kedua) memiliki arti tekanan yang dialami pembuluh darah sesudah jantung memompa.
Penyebab Hipertensi Berdasarkan penyebab hipertensi, dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak disebabkan oleh adanya gangguan organ lain seperti ginjal dan jantung. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti faktor keturunan, pola hidup yang tidak seimbang, keramaian, stress, dan pekerjaan. Sikap yang dapat menyebabkan hipertensi seperti konsumsi tinggi lemak, garam, aktivitas yang rendah, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan kafein. Sebagian besar hipertensi primer disebabkan oleh faktor stress dan tekanan psikologis.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi yang disebabkan oleh gangguan ginjal, endokrin, dan kekakuan dari aorta.Stress dapat menjadi penyebab hipertensi, karena saat seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah, dan produksi cairan lambung yang berlebihan, akibatnya seseorang akan mengalami mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang berulang, dan nyeri kepala. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan komplikasi hipertensi lebih jauh. Pola hidup yang tidak seimbang, merupakan sikap hidup yang tidak memperhatikan asupan makanan, olahraga dan istirahat, sehingga menimbulkan gejala awal seperti obesitas yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan lain seperti kencing manis, dan gangguan jantung (Armilawati, 2011).
 3. Gejala Hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak menimbulkan gejala yang jelas dan sering tidak disadari kehadirannya. Ada kalanya secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sebenarnya tidak selalu). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, wajah kemerahan, kelelahan. Semua gejala tersebut bisa terjadi pada siapa saja, baik pada penderita hipertensi maupun seseorang yang tekanan darahnya normal.
Pada hipertensi berat atau yang telah menahun, bisa timbul gejala – gejala yang berasal dari kerusakan otak, mata, jantung, dan ginjal, seperti :
1.    Sakit kepala.
2.    Kelelahan.
3.    Mual dan muntah.
4.    Sesak nafas
5.    Gelisah.
6.    Pandangan kabur
Pada hipertensi berat, penurunan kesadaran sampai koma dapat terjadi, karena adanya pembengkakan otak yang desebut ensefalopati hipertensi (Junaidi, 2010).
4. Klasifikasi Hipertensi
Para ahli membuat klasifikasi hipertensi untuk memudahkan mempelajari dan mendiagnosis jenis hipertensi yang di derita oleh pasien. Hipertensi ditandai dengan kenaikan tekanan darah atas angka yang telah di persyaratkan yang di ukur menggunakan tensi meter. Tekanan darah seseorang akan semakin meningkat seiring pertambahan uisa. Tekanan sistolik dapat terus meningkat samapi usia 80 tahun sedangkan tekanan diastolik terus meningkat sampai sampai usia 55 – 60 tahun, kemudian akan menurun kembali secara perlahan bahkan secara drastis. Orang yang memiliki tekanan darah di atas 130/80 mmHg, diduga dimiliki oleh orang yang mengidap diabetes mellitus atau penyakit ginjal. Oleh karna itu, secara langsung terdapat hubungan antara penyakit ginjal dengan hipertensi.
Oleh karena itu, pada diagnosis awal, apabila ditemukan gejala hipertensi, maka sebaiknya tidak diklasifikasikan ringan atau tinggi, klasifikasi terbaru menggunakan klasifikasi JNC 6 atau Joint National on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure 6.

Tabel 2.
Klasifikasi JNC
Kategori
Tekanan Darah Tinggi (mmHg)
Optimal
<120/80
Normal
120/80 - 129/84
Boderline
130/85 - 139/89
Hipertensi
>140/90
Stadium 1
140/90 - 159/99
Stadium 2
160/100 - 179/109
Stadium 3
>180/110







(R(Ridwan M, 2002)
3.  Faktor Resiko
Faktor risiko hipertensi, beberapa di antaranya dapat dikendalikan atau dikontrol dan tidak dapat dikontrol diantaranya :
1.      Faktor risiko yang dapat dikendalikan atau dikontrol yaitu obesitas, kurang olahraga, merokok, menderita diabetes mellitus, menkonsumsi garam berlebih, minum alKohol, diet, minum kopi, pil KB , stress emosional dan sebagainya.
2.      Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan atau tidak dapat dikontrol yaitu Umur, jenis kelamin, dan genetic (Ridwan A, 2011)
     6. Jenis – Jenis Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dibagi menjadi 2 jenis :
1.      Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya ( terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh  hipertensi.
2.    Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang telah diketahui penyebabnya atau sebagai akibat dari adanya penyakit lain.
Pada para penderita hipertensi primer, tidak terlihat gejala yang jelas dan pada umumnya baru diketehui setelah melakukan pemeriksaan kesehatan kedokter. Sedangkan untuk hipertensi sekunder, penyebabnya sudah diketahui. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB ).
Kegemukan , gaya hidup yang tidak sehat, jarang berolah raga, stress, alkohol dan garam dalaam makanan juga bisa memicu terjadinya hipertensi. Penyebab hipertansi lainnya yang jarang terjadi adalah feokromosotoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hrmon epinefrin ( adrenalin ) atau norepinefirin ( norasrenalin ).
 Resiko hipertensi makin besar seiring bertambahnya usia. Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi diatas usia 31 tahun, sedabgkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun atau setelah masa monopause. Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi ( high case fatality rate ) juga berdampak kepada penurunan kualitas hidup penderitanya. Itu masih ditambah lagi dengan mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung pemerintah sepanjang hidupnya (Sudarmoko, 2010).
7.    Pencegahan hipertensi dengan stres
Istirahat dapat mengurangi ketegangan dan kelelahan otot bekerja sehingga mengembalikan kesegaran tubuh dan pikiran. Istirahat dengan posisi badan berbaring dapat mengembalikan aliran darah ke otak. Berusahalah untuk beristirahat setelah beberapa saat melakukan kesibukan rutinitas.
Oleh karena tekanan darah dapat meningkat jika orang terkena stres, maka hindarkanlah kegiatan dan tempat-tempat yang dapat menyebabkan stres. Rekreasi ke tempat-tempat sejuk, rindang, alam bebas dan daerah yang berbeda dengan kegiatan sehari-hari dapat pula menjadi pilihan mengurangi stres.
Cara lain untuk mengurangi stres adalah dengan hipnoterapi, pijat, refleksi. Kunjungi psikolog untuk membantu memecahkan masalah, jika stres terjadi karena adanya masalah yang rumit (Ridwan A, 2011).
8.      Pengobatan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1.    Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
            Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
1)      Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
2)   Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
3)   Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol.
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
a.         Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
b.   Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ).
Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
c.    Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
d.   Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
1)              Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
2)             Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
3)             Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan (Ridwan A, 2007).

9.    Kerangka konsep
            Kerangka konsep merupakan merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lain (Fatimah dkk, 2009)
Skema 2.2 : Kerangka konsep Hubungan Stress Terhadap Tingkat Kejadian Hypertensi di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2011.

kejadian Hypertensi

-          Menderita
-          Tidak Menderita
    Variabel Independent                                                      Variabel Dependent
Tingkat Stress

-          Ringan
-          Berat
 
                                                                                                                        


10. Hipotesis
Menurut La Biondo – Wood dan Haber dalam Nursalam ( 2009 ) hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab pertanyaan dalam penelitian. Sedangkan hipotesis menurut Notoadmodjo ( 2005 ) Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris. Biasanya hipotesis terdiri dari pernyataan terhadap adanya atau tidak adanya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel independent dan dependent.
1. Ha : ada hubungan stress tershadap tingkat kejadian hipertensi di ruangan poli pennyakit dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahin 2011.
2. Ho : tidak ada hubungan stress tershadap tingkat kejadian hipertensi di ruangan poli pennyakit dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahin 2011.




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian
   Jenis penelitian adalah analitik yaitu penelitian kuantitatif dengan design dengan pendekatan “ Korelasi “ yang bertujuan untuk mengetahui hubungan stress terhadap tingkat kejadian hypertensi di Ruangan POLI Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian dilakukan di Ruangan Poli Pemyakit dalam karena pada ruangan tersebut merupakan khusus untuk mengobati pasien rawat jalan khususnya pada penyakit hipertensi dan RSUD Arifin Achmad merupakan Rumah Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit rujukan dari beberapa rumah sakit yang ada di Provinsi Riau.
2.  waktu
Dilaksanakan pada bulan maret 2011.

C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah setiap subjek (misalnya manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang telah diharapkan (Nursalam, 2003. Populasi penderita Hypertensi yang ada di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2009 berjumlah 3181 orang.
2.Sampel
Sample merupakan sebagian dari populasi. Dijelaskan secara pengambilan sampel apakah random atau non random. Jumlah sampel perlu dacantumkan beserta cara menghitungnya (Fatimah dkk, 2009)
Sampel populasi pada penelitian ini menggunakan tekhnik non random sampling dengan cara “ accidental sampling “. Pengambilan sampel secara aksidental ini dulakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia selama penelitian (Notoatmojo, 2005)
D.  Etika Penelitian
Etika yang dilakukan oleh peneliti :
1. Meminta surat dari institusi pendidikan program studi D III    keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
2.     Surat izin diberikan pada pihak terkait dalam hal kepada kepala RS di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
3.    Menjelaskan maksud dan tujuan untuk pengambilan data.
E. Alat Pengumpulan Data
1. alat ukur stress
Dengan menggukan skala kekebalan stress yang dikembangkan oleh miller and smith dengan pertanyaan sepuluh yang berbentuk skala ukur ordinal,
3. Alat ukur hipertensi
Menggunakan medical record  pada klien dan kemudian dengan mengetahui diagnosa medis dari dokter yang ada diruangan poli penyakit dalam.
F. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan ditempat penelitian sengan prosedur sebagai berikut :
1. Setelah proposal penelitian mendapat persetujuan dari pembimbing  silanjutkan dengan membawa surat permohonan yang ditujukan kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Propinsi Riau tempat dilaksanakan penelitian
2. Setelah mendapat izin dari Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Propinsi Riau, peneliti menyerahkan surat izin kepada kepala ruangan tempat penelitian.
3. Menjelaskan tujuan penelitian dan jaminan kerahasiaan kepada hak – hak responden.
4. Meminta responden untuk mendatangani lembaran persetujuan.
5. Membagikan lembaran kuesioner kepada responden.
6. Mengecek kelengkapan lembaran kuesioner.
7. Mengumpulkan kuesioner untuk diolah.
G. Defenisi Operasional
Defenisi Operasional adalah untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian Variabel di beri batasan (Fatimah dkk, 2009)
Tabel 3.2
Variabel, Defenisi Operasional, Cara ukur, Alat Ukur,
Hasil Ukur, dan Skala Ukur Penelitian
No
Variabel
Defenisi Operasional
Cara  Ukur
Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
1.
Stress
Stress adalah ketidakmampuan mengatasai ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia.
wawancara
Kuesioner
ordinal
-Stress

-Tidak stess

2.
Penyakit Hypertensi
Merupakan penyakit tekanan darah tinggi keadaan yang ditandai dengan terjadinya peningkatan darah dalam arteri, sistolik/diastolik melebihi 140/90 mmHg yang normalnya 120/80 mmHg yang di dokumentasi dari rekam medik RSUD Arfin Achmad Pekanbaru.
Study dokumentasi
Medical record
Nominal
-Mnederita

-Tidak menderita

3
Penderita hipertensi
Adalah pasien yang menderita hipertensi yang ada diruangan poli penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
wawncara
Kuesioner



H. Rencana Pengolahan Data
1. Pengolahan data
Dalam pengolahan data-data yang telah dikumpulkan diolah secara manual, langkah-langkah pengolahan data :
1. Editing
adalah untuk memastikan data yang diperoleh adalah data yang benar, bersih dan terisi secara lenglkap.
2. Coding
adalah setelah di posisikan kelengkapan data lalu dilakukan pemberian nomor pada setiap jawaban agar memudahkan dalam oengolahan data.
3. Entry
adalah data dimasukan dan di olah dengan menggunakan uji statistik secara manual dan program SPSS.
4. Cleaning
Pada langkah data yang telahh di entry diperiksa kembali untuk memastikan data tersebut bersih dari kesalahan.
2. Analisa Data
1.      Univariat
                     Analisis univariate yaitu analisa yang digunakan untuk mengetahui gambaran persentase dari masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan distribusi frekuensi (Stevens, 2005).
2.      Bivariat
         Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan variable x (Stress) dan variabel y ( Penyakit Hypertensi ) yang masing-masing berskala (ordinal dan nominal) dengan menggunakan uji Chi Square dengan α=0,05
Tabel 3.3
Hubungan Stress Terhadap Tingkat Kejadian Hypertensi
      Kejadian Hypertensi

Tingkat  Stress
Menderita
Tidak Menderita
N
Ringan
A
b
a+b
Berat
c
d
c+d
N
a+c
b+d
a+b+c+d

Keterangan :
Sel a yaitu ringan tingkat stress  menderita hypertensi
Sel b yaitu ringan tingkat stress tidak menderita hipertensi
Sel c yaitu berat tingkat stress menderita hipertensi
Sel d yaitu berat tingkat stress tidak menderita hipertensi
Rumus yang digunakan adalah :
df  = (k-1) (b-1)
Keterangan:
x2       = Nilai Chi square
n        = sampel
df       = Degree of freedom (Derajat bebas)
k        = Kolom
b        = Baris


Apabila :
a.    Nilai x2 hitung > dari nilai x2 tabel, maka ada hubungan antara variabel independen dan dependen.
b.    Nilai x2 hitung < dari nilai x2 tabel, maka tidak ada hubungan antara variabel independen dan dependen.
                                 (Hidayat, 2007).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar